Jumat, 08 Januari 2016

Light Cruiser Sendai



PENGENALAN

Sendai adalah kapal pertama dari trio kapal penjelajah ringan kelas Sendai, dimana mereka merupakan generasi penerus dari kelas Nagara. Awalnya, 8 kapal yang direncanakan untuk dibuat, namun 2 di antaranya dihentikan pengerjaannya dan 3 sisanya dibatalkan karena adanya tekanan dari Washington Naval Treaty. Sendai sendiri diluncurkan pada 30 Oktober 1923 dan ditugaskan pertama kali pada 28 April 1924.

 Anggaran yang tersisa dari ketiga kapal kelas Sendai yang dibatalkan dan kedua kapal kelas Sendai yang dihentikan di tengah jalan, nantinya akan dialihkan menjadi anggaran pembangunan kapal penjelajah berat kelas Furutaka (Furutaka dan Kako). Oleh karena itu, sering disebut bahwa kapal kelas Sendai adalah 'kakak angkat' dari kapal kelas Furutaka; sama halnya dengan kapal induk kelas Unryuu yang dikatakan sebagai 'anak' dari kapal induk Hiryuu.

SPESIFIKASI

Semua kapal penjelajah ringan kelas Sendai dilengkapi dengan 4 corong dan memiliki tungku pemanas di lokasi yang lebih baik ketimbang kelas-kelas sebelumnya. Mereka didesain untuk memiliki peron dan hangar penerbangan sendiri, namun mereka tidak pernah membawa pesawat satu pun sampai dengan masa dimana sistem katapult diinstal pada tahun 1929.

Sendai dipersenjatai dengan 7 meriam laras tunggal berdiameter 5.5 inch, 2 senapan anti pesawat berdiaeter 3 inch, 4 tabung torpedo berdiameter 24 inch, dan membawa 48-56 ranjau laut. Sendai mampu berlayar dengan kecepatan 35.25-35.3 knots. Ia juga membawa satu unit pesawat laut yang bisa diluncurkan menggunakan katapult-nya; biasanya hanya digunakan untuk memata-matai musuh daripada untuk taktik spotting artillery.

SEJARAH PRA PERANG DUNIA II

Setelah selesai dibuat, Sendai langsung ditugaskan untuk melakukan patroli di kawasan Sungai Yangtze. Ia memainkan peranan sangat penting selama fase awal Pertempuran Shanghai (1937), dan membantu pendaratan personil militer di area selatan Cina selama Perang Sino-Japanese Kedua (1937-1941).

SEJARAH PERANG DUNIA II

Selama jalannya Perang Dunia II, Sendai ditempatkan sebagai flagship untuk Skuadron Destroyer 3. Ia berpartisipasi dalam operasi invasi Malaya dimana Jendral Tomoyuki Yamashita menjadi komandannya dan menaikinya selama invasi tersebut. Saat mereka melaksanakan pemboman ke Kota Bharu, Malaya mereka diserang oleh 7 pesawat bomber Hudson milik RAAF (AU Australia), sehingga mereka kehilangan satu kapal transportasi dan dua kapal lainnya terluka.

Selama misi pengawalan lainnya, Sendai membantu menenggelamkan kapal selam Belanda O-20 dimana pesawat Kawanishi E7K miliknya menemukan dan membom kapal selam tersebut, yang nantinya ditenggelamkan oleh kapal perusak Uranami. Sejak itu, Sendai melanjutkan lebih banyak misi pengawalan konvoi dari Jepang ke Malaya, dan beberapa kali berhadapan dengan kapal selam Amerika USS Seadragon SS-194 yang selalu berakhir dengan seri. Saat itu adalah pertama kalinya sebuah kapal IJN bisa bertarung seimbang dengan kapal selam Amerika dan terjalin rivalitas musuh diantara mereka berdua.

Sendai juga berpartisipasi dalam Pertempuran Endau dan bersama-sama dengan Fubuki, Hatsuyuki, Shirayuki, Amagiri, and Yugiri, menghadapi kapal perusak Thanet (Inggris) dan Vampire (Australia). Sendai dan Shirayuki berhasil menenggelamkan Thanet sementara Vampire melarikan diri ke wilayah India. Nantinya, Vampire akan menemui ajalnya di tangan Akagi pada saat Operasi Samudera Hindia.

Setelah pertempuran tersebut, Sendai mengawal pendaratan marinir di Sumatra, dan berpatroli di wilayah Selat Malaka bersama-sama dengan Fubuki dan beberapa kapal perusak lainnya untuk mencegah konvoi logistik Inggris maupun Belanda untuk kabur dari Singapura ke India. Ia dan Fubuki juga mengawal pendaratan pasukan bersama-sama di Pulau Andaman. Kemudian dia pulang ke Sasebo untuk menjalani perbaikan dan remodel.

Sendai juga hadir dalam Pertempuran Midway sebagai bagian dari tubuh utama armada gabungan bersama-sama dengan Yuudachi, dimana posisi pasukan tubuh utama berada jauh di belakang armada pasukan pemukul Kido Butai. Oleh karenanya, Sendai (dan Yuudachi) tidak mendapatkan kesempatan untuk berhadapan dengan armada Amerika (sementara Fubuki berada di dalam armada pasukan pemukul). Setelah kekalahan telak di Midway, ia berdiam sementara di Kure Naval Arsenal.

Kemudian Skuadron Destroyer 3 diaktifkan kembali. Sendai seharusnya dikirim untuk beberapa operasi militer di Burma dan membantu Operasi Samudera Hindia, namun dibatalkan karena adanya kabar pendaratan Amerika di Guadalcanal. Skuadron Destroyer 3 mengawal transportasi marinir selama jalannya Operasi Solomons. Sendai melakukan penyerangan ke Tulagi dan membatu pemboman Lapangan Udara Henderson.

Ia juga hadir di dalam Pertempuran Guadalcanal yang pertama, namun sedikit berbeda tempat dan armada dengan Yuudachi; Sendai dibawah komando Kirishima dan Yuudachi dibawah komando Hiei. Pada saat itu tidak banyak yang bisa ia perbuat, namun pada pertempuran yang kedua, ia berhadapan dengan kapal perang Amerika USS Washington BB-56 dan terluka karenanya, namun berhasil kabur.

Saat berada di Rabaul, Sendai dimutasi ke dalam armada IJN kedelapan dan ditugaskan untuk berpatroli di sekitar Rabaul bersama dengan beberapa destroyer, termasuk Mutsuki. Tak lama ia dipanggil kembali ke Sasebo untuk mendapat perbaikan dan remodel keduanya.

Saat berada di Kolombangara, ia dikepung oleh 1 unit pesawat bomber TBF Avengers, 2 unit bomber B-25 Mitchell, and 1 unit B-24 Liberators. Ajaibnya, ia berhasil mengelak dari semua serangan tersebut tanpa lecet sedikit pun, berkat remodel keduanya.

Perjuangan terakhirnya terjadi pada saat Pertempuran Teluk Empress Augusta, dimana tujuan mereka adalah melindungi bala bantuan dari Pulau Bugenvil. Sayangnya, mereka dicegat oleh USN Task Force 59 yang terdiri dari 4 kapal penjelajah ringan dan 8 kapal perusak. Selama jalannya pertempuran, Shigure yang pertama kali menyadari keberadaan armada Amerika yang mendekati mereka dan menembakkan 8 torpedo serta berbelok ke arah kanan. Sendai pun juga berbelok ke arah kanan sehingga mereka berdua nyaris bertabrakan.

Sendai terdeteksi oleh radar USS Cleveland CL-55, USS Colombia CL-56, USS Montpelier CL-57, dan USS Denver CL-58. Praktis, Sendai menjadi bulan-bulanan tembakan meriam 6 Inch dari keempat kapal penjelajah ringan tersebut dan membakarnya. Sendai tetap dapat mengapung sementara Hatsukaze tenggelam setelah menerima tembakan dari kedelapan kapal perusak Amerika.

Sendai tenggelam pada tanggal 2 November 1943 pukul 04:30 waktu setempat. Kapten Shoji dan 184 kru yang lainnya ikut tenggelam bersamanya, sementara 236 kru lainnya diselamatkan oleh kapal perusak yang tersisa. 76 kru lainnya diselamatkan oleh kapal selam RO-104, termasuk Admiral Ijuin.



Sumber : http://kancolle-ukw.blogspot.co.id/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar