PENGENALAN
Sendai adalah kapal pertama dari trio kapal penjelajah
ringan kelas Sendai, dimana mereka merupakan generasi penerus dari kelas
Nagara. Awalnya, 8 kapal yang direncanakan untuk dibuat, namun 2 di antaranya
dihentikan pengerjaannya dan 3 sisanya dibatalkan karena adanya tekanan dari
Washington Naval Treaty. Sendai sendiri diluncurkan pada 30 Oktober 1923 dan
ditugaskan pertama kali pada 28 April 1924.
Anggaran yang tersisa dari ketiga kapal kelas Sendai yang
dibatalkan dan kedua kapal kelas Sendai yang dihentikan di tengah jalan,
nantinya akan dialihkan menjadi anggaran pembangunan kapal penjelajah berat
kelas Furutaka (Furutaka dan Kako). Oleh karena itu, sering disebut bahwa kapal
kelas Sendai adalah 'kakak angkat' dari kapal kelas Furutaka; sama halnya
dengan kapal induk kelas Unryuu yang dikatakan sebagai 'anak' dari kapal induk
Hiryuu.
SPESIFIKASI
Semua kapal penjelajah ringan kelas Sendai dilengkapi
dengan 4 corong dan memiliki tungku pemanas di lokasi yang lebih baik ketimbang
kelas-kelas sebelumnya. Mereka didesain untuk memiliki peron dan hangar
penerbangan sendiri, namun mereka tidak pernah membawa pesawat satu pun sampai
dengan masa dimana sistem katapult diinstal pada tahun 1929.
Sendai dipersenjatai dengan 7 meriam laras tunggal
berdiameter 5.5 inch, 2 senapan anti pesawat berdiaeter 3 inch, 4 tabung
torpedo berdiameter 24 inch, dan membawa 48-56 ranjau laut. Sendai mampu
berlayar dengan kecepatan 35.25-35.3 knots. Ia juga membawa satu unit pesawat
laut yang bisa diluncurkan menggunakan katapult-nya; biasanya hanya digunakan
untuk memata-matai musuh daripada untuk taktik spotting artillery.
SEJARAH PRA
PERANG DUNIA II
Setelah selesai dibuat, Sendai langsung ditugaskan untuk
melakukan patroli di kawasan Sungai Yangtze. Ia memainkan peranan sangat
penting selama fase awal Pertempuran Shanghai (1937), dan membantu pendaratan
personil militer di area selatan Cina selama Perang Sino-Japanese Kedua
(1937-1941).
SEJARAH
PERANG DUNIA II
Selama jalannya Perang Dunia II, Sendai ditempatkan
sebagai flagship untuk Skuadron Destroyer 3. Ia berpartisipasi dalam operasi
invasi Malaya dimana Jendral Tomoyuki Yamashita menjadi komandannya dan
menaikinya selama invasi tersebut. Saat mereka melaksanakan pemboman ke Kota
Bharu, Malaya mereka diserang oleh 7 pesawat bomber Hudson milik RAAF (AU
Australia), sehingga mereka kehilangan satu kapal transportasi dan dua kapal
lainnya terluka.
Selama misi pengawalan lainnya, Sendai membantu
menenggelamkan kapal selam Belanda O-20 dimana pesawat Kawanishi E7K miliknya
menemukan dan membom kapal selam tersebut, yang nantinya ditenggelamkan oleh
kapal perusak Uranami. Sejak itu, Sendai melanjutkan lebih banyak misi
pengawalan konvoi dari Jepang ke Malaya, dan beberapa kali berhadapan dengan
kapal selam Amerika USS Seadragon SS-194 yang selalu berakhir dengan seri. Saat
itu adalah pertama kalinya sebuah kapal IJN bisa bertarung seimbang dengan
kapal selam Amerika dan terjalin rivalitas musuh diantara mereka berdua.
Sendai juga berpartisipasi dalam Pertempuran Endau dan
bersama-sama dengan Fubuki, Hatsuyuki, Shirayuki, Amagiri, and Yugiri,
menghadapi kapal perusak Thanet (Inggris) dan Vampire (Australia). Sendai dan
Shirayuki berhasil menenggelamkan Thanet sementara Vampire melarikan diri ke
wilayah India. Nantinya, Vampire akan menemui ajalnya di tangan Akagi pada saat
Operasi Samudera Hindia.
Setelah pertempuran tersebut, Sendai mengawal pendaratan
marinir di Sumatra, dan berpatroli di wilayah Selat Malaka bersama-sama dengan
Fubuki dan beberapa kapal perusak lainnya untuk mencegah konvoi logistik
Inggris maupun Belanda untuk kabur dari Singapura ke India. Ia dan Fubuki juga
mengawal pendaratan pasukan bersama-sama di Pulau Andaman. Kemudian dia pulang
ke Sasebo untuk menjalani perbaikan dan remodel.
Sendai juga hadir dalam Pertempuran Midway sebagai bagian
dari tubuh utama armada gabungan bersama-sama dengan Yuudachi, dimana posisi
pasukan tubuh utama berada jauh di belakang armada pasukan pemukul Kido Butai.
Oleh karenanya, Sendai (dan Yuudachi) tidak mendapatkan kesempatan untuk
berhadapan dengan armada Amerika (sementara Fubuki berada di dalam armada
pasukan pemukul). Setelah kekalahan telak di Midway, ia berdiam sementara di
Kure Naval Arsenal.
Kemudian
Skuadron Destroyer 3 diaktifkan kembali. Sendai seharusnya dikirim untuk
beberapa operasi militer di Burma dan membantu Operasi Samudera Hindia, namun
dibatalkan karena adanya kabar pendaratan Amerika di Guadalcanal. Skuadron
Destroyer 3 mengawal transportasi marinir selama jalannya Operasi Solomons.
Sendai melakukan penyerangan ke Tulagi dan membatu pemboman Lapangan Udara
Henderson.
Ia juga hadir di dalam Pertempuran Guadalcanal yang
pertama, namun sedikit berbeda tempat dan armada dengan Yuudachi; Sendai
dibawah komando Kirishima dan Yuudachi dibawah komando Hiei. Pada saat itu
tidak banyak yang bisa ia perbuat, namun pada pertempuran yang kedua, ia
berhadapan dengan kapal perang Amerika USS Washington BB-56 dan terluka
karenanya, namun berhasil kabur.
Saat berada di Rabaul, Sendai dimutasi ke dalam armada
IJN kedelapan dan ditugaskan untuk berpatroli di sekitar Rabaul bersama dengan
beberapa destroyer, termasuk Mutsuki. Tak lama ia dipanggil kembali ke Sasebo
untuk mendapat perbaikan dan remodel keduanya.
Saat berada di Kolombangara, ia dikepung oleh 1 unit
pesawat bomber TBF Avengers, 2 unit bomber B-25 Mitchell, and 1 unit B-24
Liberators. Ajaibnya, ia berhasil mengelak dari semua serangan tersebut tanpa
lecet sedikit pun, berkat remodel keduanya.
Perjuangan terakhirnya terjadi pada saat Pertempuran
Teluk Empress Augusta, dimana tujuan mereka adalah melindungi bala bantuan dari
Pulau Bugenvil. Sayangnya, mereka dicegat oleh USN Task Force 59 yang terdiri
dari 4 kapal penjelajah ringan dan 8 kapal perusak. Selama jalannya
pertempuran, Shigure yang pertama kali menyadari keberadaan armada Amerika yang
mendekati mereka dan menembakkan 8 torpedo serta berbelok ke arah kanan. Sendai
pun juga berbelok ke arah kanan sehingga mereka berdua nyaris bertabrakan.
Sendai terdeteksi oleh radar USS Cleveland CL-55, USS
Colombia CL-56, USS Montpelier CL-57, dan USS Denver CL-58. Praktis, Sendai
menjadi bulan-bulanan tembakan meriam 6 Inch dari keempat kapal penjelajah
ringan tersebut dan membakarnya. Sendai tetap dapat mengapung sementara
Hatsukaze tenggelam setelah menerima tembakan dari kedelapan kapal perusak
Amerika.
Sendai
tenggelam pada tanggal 2 November 1943 pukul 04:30 waktu setempat. Kapten Shoji
dan 184 kru yang lainnya ikut tenggelam bersamanya, sementara 236 kru lainnya
diselamatkan oleh kapal perusak yang tersisa. 76 kru lainnya diselamatkan oleh
kapal selam RO-104, termasuk Admiral Ijuin.
Sumber : http://kancolle-ukw.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar