Kamis, 07 Januari 2016

Aircraft Carrier Akagi



PENGENALAN

Akagi adalah satu-satunya kapal induk kelas Akagi, kapan induk kedua yang dimiliki IJN setelah Houshou, dan yang pertama dipanggil sebagai 'kapal induk armada' dari IJN. Pada awalnya ia pertama kali mulai dibuat pada tanggal 6 Desember 1920 di Kure Naval Arsenal sebagai kapal perang penjelajah kelas Amagi. Pembuatannya terhenti sementara akibat penandatanganan Washington Naval Treaty pada tanggal 6 Februari 1922, yang membatasi total berat volume dari setiap kapal perang dan kapal perang penjelajah yang ada di dunia saat itu.


Namun, perjanjian itu mengizinkan IJN untuk mengubah para kapal perang penjelajah IJN kelas Amagi menjadi para kapal induk. Amagi dan Akagi awalnya dipilih untuk diubah menjadi kapal induk dalam program rekonstruksi 1924. Budget sebesar 24,7 juta Yen (pada saat itu) adalah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Akagi sebagai kapal perang penjelajah. Jepang terlanjur menghabiskan 8 juta Yen sebelum terjadinya keputusan tersebut, dan Kongres Perwakilan Rakyat Jepang menyetujui penambahan budget sebesar 90 juta Yen untuk proses konversi tersebut.


Pada tanggal 1 September 1923, terjadilah Gempa Bumi Kanto yang amat dahsyat dimana lambung kapal Amagi rusak berat dan tidak dapat diperbaiki lagi. Akhirnya, Amagi harus di-besi tua-kan dan menjadi material pengganti untuk Akagi (dan Kaga juga nantinya). Pada tanggal 19 November 1923, Akagi memulai proses konversinya menjadi kapal induk dan sudah mulai diklasifikasikan sebagai kapal induk sejak 21 November 1923. Peluncuran pertamanya dilakukan pada tanggal 22 April 1925, dan segera dipindahkan ke Yokosuka Naval Yard setelah diselesaikan. Ia resmi ditugaskan mulai 25 Maret 1927.

SPESIFIKASI

Berat volume airnya adalah sebesar 36.500 ton, dan 41.300 ton jika penuh. Ketebalan baja sabuk pelindungnya adalah 6 inch, sementara baja pelindung dek pesawatnya adalah 3,1 inch dan dilengkapi dengan tonjolan anti torpedo setebal 4 inch.

Akagi mencatat kecepatan sebesar 32.5 knot dalam percobaan pertamanya pada 17 Juni 1927. Ia dipersenjatai dengan 6 senapan kapal berlaras tunggal berdiameter 7.9 inch dan 50 kaliber, 6 meriam sudut tinggi berlaras ganda berdiameter 4.7 inch dan 45 kaliber, dan 14 senapan otomatis Tipe 96 berlaras ganda berdiameter 25mm.

Ia dilengkapi dengan 4 shaft dan 4 turbin bergerigi Kampon yang mampu menghasilan daya sebesar 133.000 tenaga kuda. Ia juga membawa bahan bakar minyak seberat 3.900 ton dan batu bara seberat 2.100 ton. Ia juga dipasang dengan 3 dek penerbangan yang saling bertumpukan yang membuatnya bisa meluncurkan pesawat-pesawatnya secepat mungkin. Dek penerbangan utamanya memiliki panjang 190,2 meter, sedangkan dek penerbangan tengahnya sepanjang 15 meter, dan dek penerbangan rendahnya sepanjang 55,02 meter. Jumlah pesawat yang bisa dia bawa awalnya adalah 60 pesawat dengan tambahan beban 150.000 galon avtur.

SEJARAH PRA PERANG DUNIA II

Sejak selesainya Akagi dibuat, ia langsung dimasukkan ke dalam Armada Gabungan Utama (Rengo Kantai), dimana susunan pesawat awalnya adalah 14 pesawat fighter Mitsubishi Type 10 1MF3 dengan 4 unit cadangan, 24 pesawat penyerang Mitsubishi Type 13 B1M dengan 4 unit cadangan, dan 12 pesawat mata-mata Mitsubishi Type 10 2MR. Setelah beberapa kali percobaan, statusnya berubah menjadi 'dicadangkan'. Ia kemudian dipindahkan ke dalam Divisi Kapal Induk I bersama dengan Houshou dan berpartisipasi dalam beberapa latihan manuver khusus. Ia kembali menjadi cadangan untuk menjalani sedikit penyesuaian di  Yokosuka Naval Yard. Mereka mengganti beberapa roda gigi mesin, memperbaiki sistem ventilasi, dan menambahkan sistem instrumen radio.

Ia kembali melanjutkan tugasnya di Divisi Kapal Induk I bersama dengan para kapal perusak Minekaze, Yakaze, Sawakaze dan Okikaze dari Divisi Destroyer 2. Ia kemudian dipindahkan dan ditetapkan sebagai flagship untuk Divisi Kapal Induk II bersama dengan Minekaze dan Okikaze. Ia kembali mendekam di Sasebo Naval Arsenal pada 24 Oktober 1935, untuk menjalani modernisasi besar-besaran.

Rekonstruksinya sebenarnya lebih ringan dan tidak seberat Kaga, namun membutuhkan waktu lama karena adanya kebijakan pengurangan belanja negara ke bidang milter dan persenjataan oleh Perdana Menteri Takahashi Korekiyo yang khawatir akan adanya bahaya overheating economy (ekonomi yang terlalu superior sehingga menyebabkan inflasi yang tidak terkontrol). Kebijakannya menyulut kemarahan kaum nasionalis sehingga membuatnya dibunuh dalam "Insiden 26 Februari 1936" dan sejak saat itu perlengkapan pemerintahan Kekaisaran Jepang didominasi oleh kaum militeristik dan nasionalis. Perang Dunia II sebenarnya sudah mulai terlihat sejak saat itu, dimana modernisasi Akagi dijadikan simbol batu fondasi pertama untuk persiapan perang dengan Amerika. Namun, kebijakan ekonomi pemerintah yang menerapkan kebijakan kontrol harga daripada mengurangi anggaran belanjanya kelak akan menimbulkan masalah inflasi sampai dengan berakhirnya Perang Dunia II.

Akagi selesai menjalani modernisasi pada 31 Agustus 1938. Dan setelah menjalani berbagai percobaan, ia kembali dimasukkan ke dalam Divisi Kapal Induk I yang dikawal oleh kapal perusak Oite, Hayate, Asanagi, dan Yuunagi dari Divisi Destroyer 29. Akagi berangkat dari Sasebo ke kawasan Cina Selatan segera setelahnya, dimana pasukan aviasinya terdiri dari 12 unit fighter Mitsubishi A5M Type 96 dengan 4 unit cadangan, 18 unit dive bomber Aichi D1A2 dengan 5 unit cadangan, dan 36 unit pesawat serang Yokosuka B4Y dengan 16 unit cadangan.

Ia tiba di Pulau Hainan dan memberikan dukungan untuk operasi angkatan darat yang meliputi penyerangan ke Guilin dan Liuzhou. Ia memberikan perlindungan udara untuk pasukan invansi yang mendarat di Pantai Samah bersama dengan Souryuu dan Hiryuu dari Divisi Kapal Induk II, dan  Seaplane Tender Chiyoda yang dikawal oleh Skuadron Destroyer 1.

Setelah kembali sebentar ke Jepang, ia kembali dikirim ke Cina dimana pasukan aviasinya bertambah menjadi 18 unit fighter A5Ms dengan 6 unit cadangan, 27 unit torpedo bomber Nakajima B5N dengan 9 unit cadangan, dan 18 unit dive bomber D1A2s dengan 6 unit cadangan. Selain operasi militer Jepang ke Cina, ia juga membantu operasi IJA di bagian Pasifik Selatan.

Pada tanggal 10 April 1941, ia ditempatkan dan diposisikan sebagai flagship Divisi Kapal Induk I ditemani oleh Kaga, dan dikawal oleh kapal perusak Akebono dan Ushio dari Divisi Destroyer 7. Lalu Divisi Kapal Induk I digabung dengan Divisi Kapal Induk II (Souryuu-Hiryuu + Kikuzuki-Uzuki) dan Divisi Kapal Induk IV (Ryuujou) menjadi satu kesatuan Armada Udara Pertama IJN.


SEJARAH PERANG DUNIA II

Pada tanggal 22 November 1941, Akagi tiba di Pulau Etorofu (Pulau Iturup) dan melakukan perencanaan bersama-sama dengan kapal induk lainnya untuk menyerang Pearl Harbor. Mereka mengganti komposisi pesawatnya lagi menjadi 18 fighter Mitsubishi A6M2 Type 0, 27 torpedo bomber Nakajima B5N2 Type 97, dan 18 dive bomber Aichi D3A1.

26 November 1941, Divisi Kapal Induk I ditempatkan ke dalam Armada Kido Butai bersama dengan Divisi Kapal Induk II (Souryuu-Hiryuu) dan V (Shoukaku-Zuikaku). Mereka dikawal oleh 2 kapal perang, 2 kapal penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, 8 kapal perusak, ditambah dengan with 8 tanker, 23 kapal selam, dan 4 kapal selam mini. Akagi menjadi flagship dari Wakil Admiral Nagumo. Mereka semua berangkat dari Pantai Hitokappu dan pergi untuk menyerang Pearl Harbor.

Selama penyerangan ke Pearl Harbor, pasukan pesawat Akagi berkontribusi menenggelamkan 6 kapal perang, 1 kapal penjelajah ringan, 1 tanker minyak, 1 destroyer, dan menghancurkan 3 pangkalan udara. Sedangkan Akagi kehilangan 1 pesawat fighter dan 4 dive bomber selama dua gelombang penyerangan tersebut.

Setelah Perl Harbor, Divisi Kapal Induk I dan V berangkat dari Iwakuni ke Truk bersama dengan Divisi Kapal Perang III, Skuadron Destroyer 1, Divisi Destroyer 18, dan Akigumo. Mereka berangkat dari Truk dengan Divisi Penjelajah 8, dimana Akagi membantu dalam operasi invasi ke Rabaul dengan memberikan perlindungan udara untuk para pasukan invasi.

Akagi juga berpartisipasi dalam penyerangan ke Port Darwin, Australia, bersama dengan Divisi Kapal Induk II dan dikawal oleh 2 kapal penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, 8 kapal perusak. Penyerangan itu menenggelamkan 8 kapal, merusak 9 kapal, 15 pesawat tertembak jatuh, dan tanpa kehilangan pesawat satu pun. Kido Butai juga membantu dalam memberikan perlindungan udara selama invasi ke Pulau Jawa.

Akagi hadir dalam operasi penyerangan ke India dan Ceylon bersama dengan Divisi Kapal Induk II dan V, dikawal oleh 4 kapal perang, 2 kapal penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, dan 8 kapal perusak. Selama operasi tersebut, 9 dive bomber Bristol Blenheim MK-IV dari Skuadron Udara ke-18 RAF yang berbasis di Colombo menjatuhkan bom ke Akagi. Lima bom luput mengenai Akagi, tiga di antaranya ditembak oleh patroli pesawatnya, dan satu ditembak oleh fighter A6M2 yang kembali. Serangan itu membuat Akagi menjadi kapal induk pertama di Kido Butai dan di dunia yang diserang secara langsung dalam pertempuran sejak dimulainya Perang Dunia II.

Pada tanggal 27 May 1942, ia berangkat dari Hashirajima untuk invasi ke Midway bersama dengan Divisi Kapal Induk II dan dikawal oleh kapal perang cepat Haruna dan Kirishima, kapal penjelajah berat Tone dan Chikuma, kapal penjelajah ringan Nagara, dan kapal perusak Nowaki, Arashi, Hagikaze, Maikaze, Yuugumo, Kazagumo, Makigumo, Urakaze, Tanikaze, Isokaze, dan Hamakaze. Akagi menjadi flagship lagi di bawah pimpinan Wakil Admiral Nagumo.

Pertempuran Midway disebut-sebut sebagai titik balik pertama dari perang pasifik ini. Di pertempuran ini, IJN kehilangan keempat kapal induk utamanya, dan Akagi adalah salah satunya. Akagi rusak parah oleh para pesawat pembom selagi ia melakukan resupply untuk pesawat-pesawatnya dan bermacam-macam amunisi tersebar keluar dari gudang senjatanya. Namun demikian, Akagi tidak langsung tenggelam. Akagi bertahan beberapa jam lamanya untuk tidak tenggelam bahkan setelah semua kru-nya dievakuasi. Admiral Yamamoto Isoroku ingin membawa Akagi pulang bagaimana pun caranya, namun karena tidak ada cara-cara yang bisa sukses, maka ia terpaksa memerintahkan Maikaze dan semua Divisi Destroyer 4 untuk menembakkan torpedo dan menenggelamkan Akagi.

Akagi tenggelam pada tanggal 5 Juni 1942, di Midway Atoll.




Sumber : http://kancolle-ukw.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar