PENGENALAN
Akagi adalah satu-satunya kapal induk kelas Akagi, kapan
induk kedua yang dimiliki IJN setelah Houshou, dan yang pertama dipanggil
sebagai 'kapal induk armada' dari IJN. Pada awalnya ia pertama kali mulai
dibuat pada tanggal 6 Desember 1920 di Kure Naval Arsenal sebagai kapal perang penjelajah
kelas Amagi. Pembuatannya terhenti sementara akibat penandatanganan Washington
Naval Treaty pada tanggal 6 Februari 1922, yang membatasi total berat volume
dari setiap kapal perang dan kapal perang penjelajah yang ada di dunia saat
itu.
Namun, perjanjian itu mengizinkan IJN untuk mengubah para
kapal perang penjelajah IJN kelas Amagi menjadi para kapal induk. Amagi dan
Akagi awalnya dipilih untuk diubah menjadi kapal induk dalam program
rekonstruksi 1924. Budget sebesar 24,7 juta Yen (pada saat itu) adalah yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan Akagi sebagai kapal perang penjelajah. Jepang
terlanjur menghabiskan 8 juta Yen sebelum terjadinya keputusan tersebut, dan
Kongres Perwakilan Rakyat Jepang menyetujui penambahan budget sebesar 90 juta
Yen untuk proses konversi tersebut.
Pada tanggal 1 September 1923, terjadilah Gempa Bumi
Kanto yang amat dahsyat dimana lambung kapal Amagi rusak berat dan tidak dapat
diperbaiki lagi. Akhirnya, Amagi harus di-besi tua-kan dan menjadi material
pengganti untuk Akagi (dan Kaga juga nantinya). Pada tanggal 19 November 1923,
Akagi memulai proses konversinya menjadi kapal induk dan sudah mulai
diklasifikasikan sebagai kapal induk sejak 21 November 1923. Peluncuran
pertamanya dilakukan pada tanggal 22 April 1925, dan segera dipindahkan ke
Yokosuka Naval Yard setelah diselesaikan. Ia resmi ditugaskan mulai 25 Maret
1927.
SPESIFIKASI
Berat volume airnya adalah sebesar 36.500 ton, dan 41.300
ton jika penuh. Ketebalan baja sabuk pelindungnya adalah 6 inch, sementara baja
pelindung dek pesawatnya adalah 3,1 inch dan dilengkapi dengan tonjolan anti
torpedo setebal 4 inch.
Akagi mencatat kecepatan sebesar 32.5 knot dalam
percobaan pertamanya pada 17 Juni 1927. Ia dipersenjatai dengan 6 senapan kapal
berlaras tunggal berdiameter 7.9 inch dan 50 kaliber, 6 meriam sudut tinggi
berlaras ganda berdiameter 4.7 inch dan 45 kaliber, dan 14 senapan otomatis
Tipe 96 berlaras ganda berdiameter 25mm.
Ia
dilengkapi dengan 4 shaft dan 4 turbin bergerigi Kampon yang mampu menghasilan
daya sebesar 133.000 tenaga kuda. Ia juga membawa bahan bakar minyak seberat
3.900 ton dan batu bara seberat 2.100 ton. Ia juga dipasang dengan 3 dek
penerbangan yang saling bertumpukan yang membuatnya bisa meluncurkan
pesawat-pesawatnya secepat mungkin. Dek penerbangan utamanya memiliki panjang
190,2 meter, sedangkan dek penerbangan tengahnya sepanjang 15 meter, dan dek
penerbangan rendahnya sepanjang 55,02 meter. Jumlah pesawat yang bisa dia bawa
awalnya adalah 60 pesawat dengan tambahan beban 150.000 galon avtur.
SEJARAH PRA
PERANG DUNIA II
Sejak selesainya Akagi dibuat, ia langsung dimasukkan ke
dalam Armada Gabungan Utama (Rengo Kantai), dimana susunan pesawat awalnya
adalah 14 pesawat fighter Mitsubishi Type 10 1MF3 dengan 4 unit cadangan, 24
pesawat penyerang Mitsubishi Type 13 B1M dengan 4 unit cadangan, dan 12 pesawat
mata-mata Mitsubishi Type 10 2MR. Setelah beberapa kali percobaan, statusnya
berubah menjadi 'dicadangkan'. Ia kemudian dipindahkan ke dalam Divisi Kapal
Induk I bersama dengan Houshou dan berpartisipasi dalam beberapa latihan
manuver khusus. Ia kembali menjadi cadangan untuk menjalani sedikit penyesuaian
di Yokosuka Naval Yard. Mereka mengganti
beberapa roda gigi mesin, memperbaiki sistem ventilasi, dan menambahkan sistem
instrumen radio.
Ia kembali melanjutkan tugasnya di Divisi Kapal Induk I
bersama dengan para kapal perusak Minekaze, Yakaze, Sawakaze dan Okikaze dari
Divisi Destroyer 2. Ia kemudian dipindahkan dan ditetapkan sebagai flagship
untuk Divisi Kapal Induk II bersama dengan Minekaze dan Okikaze. Ia kembali
mendekam di Sasebo Naval Arsenal pada 24 Oktober 1935, untuk menjalani
modernisasi besar-besaran.
Rekonstruksinya sebenarnya lebih ringan dan tidak seberat
Kaga, namun membutuhkan waktu lama karena adanya kebijakan pengurangan belanja
negara ke bidang milter dan persenjataan oleh Perdana Menteri Takahashi
Korekiyo yang khawatir akan adanya bahaya overheating economy (ekonomi yang
terlalu superior sehingga menyebabkan inflasi yang tidak terkontrol).
Kebijakannya menyulut kemarahan kaum nasionalis sehingga membuatnya dibunuh
dalam "Insiden 26 Februari 1936" dan sejak saat itu perlengkapan
pemerintahan Kekaisaran Jepang didominasi oleh kaum militeristik dan
nasionalis. Perang Dunia II sebenarnya sudah mulai terlihat sejak saat itu,
dimana modernisasi Akagi dijadikan simbol batu fondasi pertama untuk persiapan
perang dengan Amerika. Namun, kebijakan ekonomi pemerintah yang menerapkan
kebijakan kontrol harga daripada mengurangi anggaran belanjanya kelak akan
menimbulkan masalah inflasi sampai dengan berakhirnya Perang Dunia II.
Akagi selesai menjalani modernisasi pada 31 Agustus 1938.
Dan setelah menjalani berbagai percobaan, ia kembali dimasukkan ke dalam Divisi
Kapal Induk I yang dikawal oleh kapal perusak Oite, Hayate, Asanagi, dan
Yuunagi dari Divisi Destroyer 29. Akagi berangkat dari Sasebo ke kawasan Cina
Selatan segera setelahnya, dimana pasukan aviasinya terdiri dari 12 unit
fighter Mitsubishi A5M Type 96 dengan 4 unit cadangan, 18 unit dive bomber
Aichi D1A2 dengan 5 unit cadangan, dan 36 unit pesawat serang Yokosuka B4Y
dengan 16 unit cadangan.
Ia tiba di Pulau Hainan dan memberikan dukungan untuk
operasi angkatan darat yang meliputi penyerangan ke Guilin dan Liuzhou. Ia
memberikan perlindungan udara untuk pasukan invansi yang mendarat di Pantai
Samah bersama dengan Souryuu dan Hiryuu dari Divisi Kapal Induk II, dan Seaplane Tender Chiyoda yang dikawal oleh
Skuadron Destroyer 1.
Setelah kembali sebentar ke Jepang, ia kembali dikirim ke
Cina dimana pasukan aviasinya bertambah menjadi 18 unit fighter A5Ms dengan 6
unit cadangan, 27 unit torpedo bomber Nakajima B5N dengan 9 unit cadangan, dan
18 unit dive bomber D1A2s dengan 6 unit cadangan. Selain operasi militer Jepang
ke Cina, ia juga membantu operasi IJA di bagian Pasifik Selatan.
Pada tanggal 10 April 1941, ia ditempatkan dan
diposisikan sebagai flagship Divisi Kapal Induk I ditemani oleh Kaga, dan
dikawal oleh kapal perusak Akebono dan Ushio dari Divisi Destroyer 7. Lalu
Divisi Kapal Induk I digabung dengan Divisi Kapal Induk II (Souryuu-Hiryuu +
Kikuzuki-Uzuki) dan Divisi Kapal Induk IV (Ryuujou) menjadi satu kesatuan
Armada Udara Pertama IJN.
SEJARAH
PERANG DUNIA II
Pada tanggal 22 November 1941, Akagi tiba di Pulau
Etorofu (Pulau Iturup) dan melakukan perencanaan bersama-sama dengan kapal
induk lainnya untuk menyerang Pearl Harbor. Mereka mengganti komposisi
pesawatnya lagi menjadi 18 fighter Mitsubishi A6M2 Type 0, 27 torpedo bomber
Nakajima B5N2 Type 97, dan 18 dive bomber Aichi D3A1.
26 November 1941, Divisi Kapal Induk I ditempatkan ke
dalam Armada Kido Butai bersama dengan Divisi Kapal Induk II (Souryuu-Hiryuu)
dan V (Shoukaku-Zuikaku). Mereka dikawal oleh 2 kapal perang, 2 kapal
penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, 8 kapal perusak, ditambah dengan
with 8 tanker, 23 kapal selam, dan 4 kapal selam mini. Akagi menjadi flagship dari
Wakil Admiral Nagumo. Mereka semua berangkat dari Pantai Hitokappu dan pergi
untuk menyerang Pearl Harbor.
Selama penyerangan ke Pearl Harbor, pasukan pesawat Akagi
berkontribusi menenggelamkan 6 kapal perang, 1 kapal penjelajah ringan, 1
tanker minyak, 1 destroyer, dan menghancurkan 3 pangkalan udara. Sedangkan
Akagi kehilangan 1 pesawat fighter dan 4 dive bomber selama dua gelombang
penyerangan tersebut.
Setelah Perl Harbor, Divisi Kapal Induk I dan V berangkat
dari Iwakuni ke Truk bersama dengan Divisi Kapal Perang III, Skuadron Destroyer
1, Divisi Destroyer 18, dan Akigumo. Mereka berangkat dari Truk dengan Divisi
Penjelajah 8, dimana Akagi membantu dalam operasi invasi ke Rabaul dengan
memberikan perlindungan udara untuk para pasukan invasi.
Akagi
juga berpartisipasi dalam penyerangan ke Port Darwin, Australia, bersama dengan
Divisi Kapal Induk II dan dikawal oleh 2 kapal penjelajah berat, 1 kapal
penjelajah ringan, 8 kapal perusak. Penyerangan itu menenggelamkan 8 kapal,
merusak 9 kapal, 15 pesawat tertembak jatuh, dan tanpa kehilangan pesawat satu
pun. Kido Butai juga membantu dalam memberikan perlindungan udara selama invasi
ke Pulau Jawa.
Akagi hadir dalam operasi penyerangan ke India dan Ceylon
bersama dengan Divisi Kapal Induk II dan V, dikawal oleh 4 kapal perang, 2
kapal penjelajah berat, 1 kapal penjelajah ringan, dan 8 kapal perusak. Selama
operasi tersebut, 9 dive bomber Bristol Blenheim MK-IV dari Skuadron Udara
ke-18 RAF yang berbasis di Colombo menjatuhkan bom ke Akagi. Lima bom luput
mengenai Akagi, tiga di antaranya ditembak oleh patroli pesawatnya, dan satu
ditembak oleh fighter A6M2 yang kembali. Serangan itu membuat Akagi menjadi
kapal induk pertama di Kido Butai dan di dunia yang diserang secara langsung
dalam pertempuran sejak dimulainya Perang Dunia II.
Pada tanggal 27 May 1942, ia berangkat dari Hashirajima
untuk invasi ke Midway bersama dengan Divisi Kapal Induk II dan dikawal oleh
kapal perang cepat Haruna dan Kirishima, kapal penjelajah berat Tone dan
Chikuma, kapal penjelajah ringan Nagara, dan kapal perusak Nowaki, Arashi,
Hagikaze, Maikaze, Yuugumo, Kazagumo, Makigumo, Urakaze, Tanikaze, Isokaze, dan
Hamakaze. Akagi menjadi flagship lagi di bawah pimpinan Wakil Admiral Nagumo.
Pertempuran Midway disebut-sebut sebagai titik balik
pertama dari perang pasifik ini. Di pertempuran ini, IJN kehilangan keempat
kapal induk utamanya, dan Akagi adalah salah satunya. Akagi rusak parah oleh
para pesawat pembom selagi ia melakukan resupply untuk pesawat-pesawatnya dan
bermacam-macam amunisi tersebar keluar dari gudang senjatanya. Namun demikian,
Akagi tidak langsung tenggelam. Akagi bertahan beberapa jam lamanya untuk tidak
tenggelam bahkan setelah semua kru-nya dievakuasi. Admiral Yamamoto Isoroku
ingin membawa Akagi pulang bagaimana pun caranya, namun karena tidak ada
cara-cara yang bisa sukses, maka ia terpaksa memerintahkan Maikaze dan semua
Divisi Destroyer 4 untuk menembakkan torpedo dan menenggelamkan Akagi.
Akagi tenggelam pada tanggal 5 Juni 1942, di Midway
Atoll.
Sumber : http://kancolle-ukw.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar