Jumat, 08 Januari 2016

Destroyer Mutsuki



PENGENALAN

Mutsuki dulunya merupakan 'anak' sulung dari keduabelas bersaudari kapal perusak kelas Mutsuki, yang mulai digagas pembuatannya oleh IJN sejak berakhirnya Perang Dunia I. Pada waktu itu, para kapal kelas Mutsuki merupakan kapal perusak terdepan sepanjang tahun 1930-an. Namun, semenjak kelahiran Fubuki dan meletusnya Perang Dunia II, para kelas Mutsuki dianggap ketinggalan zaman dan kuno.


Pembangunan kapal perusak kelas Mutsuki disetujui sebagai bagian dari pembangunan kekuatan maritim Kekaisaran Jepang, setelah keluarnya Jepang dari Washington Naval Treaty efektif sejak tahun 1923. Kapal kelas Mutsuki merupakan pengembangan dari kapal perusak kelas Minekaze dan Kamikaze. Mutsuki sendiri lahir di Sasabo Naval Arsenal pada tanggal 21 Mei 1924, diluncurkan pada 23 Juli 1925 dan bertugas pertama kali mulai 26 Maret 1926.

Pada awalnya, ia tidak memiliki nama yang pasti dan hanya diberi nama “Destroyer No. 19”, atau dalam bahasa Jepangnya "Iku" (menjelaskan mengapa Submarine I-19 muncul bersamanya di ilustrasinya di atas, sebagai joke). Namun, pada tanggal 1 Agustus 1928 ia akhirnya diberi nama Mutsuki.


SEJARAH PRA PERANG DUNIA II

Pada era 1930-an, Mutsuki berpartisipasi dalam perang antara Kekaisaran Jepang dengan Republik Rakyat Cina. Salah satunya adalah Insiden Shanghai pada tahun 1932, dan Perang Sino-Japanese Kedua dari tahun 1937-1941 yang merupakan perang terbesar Asia pada abad ke-20, dimana Kekaisaran Jepang harus menghadapi China yang dibantu oleh Uni Soviet dan Jerman dari arah barat, dan Amerika Serikat dari arah timur.


SEJARAH PERANG DUNIA II

Pada saat penyerangan ke Pearl Harbor, Mutsuki adalah bagian dari Divisi Destroyer 30 dibawah Skuadron Cruiser-Destroyer 6 yang merupakan bagian dari armada IJN keempat. Ia diberangkatkan dari Truk sebagai bagian dari pasukan invasi Pulau Wake.


Pagi-pagi sekali pada tanggal 11 Desember 1941 (yang nantinya akan disebut sebagai Pertempuran Pulau Wake), pasukan penjaga garis perbatasan Amerika mendeteksi adanya upaya pendaratan perdana dari Pasukan Pendaratan Marinir Khusus (SNLF), yang dibayang-bayangi oleh sorotan lampu suar dari kapal penjelajah ringan Yuubari, Tenryuu, dan Tatsuta. Sementara kapal perusak pendukung adalah Mutsuki beserta Yayoi, Hayate, Kisaragi, Oite, dan Asanagi. Mereka harus mengawal pendaratan dua kapal transportasi yang membawa 450 personil militer SNLF.

Setelah kehilangan Kisaragi dan Hayate dalam pertempuran itu, pasukan Jepang mundur tanpa sempat mendarat. Ini adalah kekalahan pertama Jepang di Perang Dunia II. Mutsuki kembali beraksi pada 23 Desember dengan pasukan invasi Pulau Wake kedua, dan melaksanakan tugasnya dengan baik kali ini.

Pada awal 1942, Mutsuki mengawal konvoi tentara dari Truk ke Guam, dan kemudian bergabing dalam operasi invasi di Kepulauan Solomon. Di sana ia ditugaskan untuk mengawal pendaratan pasukan Jepang selama jalannya Operation R, yaitu sebuah operasi untuk menduduki Rabaul, Irlandia Baru, dan Inggris Baru). Dan selama Operation SR (operasi pendudukan Lae dan Salamaua di Papua Nugini) pada bulan April nya, ia juga mengawal pendaratan pasukan marinir di Kepulauan Admirality.

Selama Pertempuran Laut Koral dari 7-8 Mei 1942, Mutsuki ditempatkan dalam armada pendaratan yang dibentuk untuk melaksanakan Operation Mo ke Port Moresby. Setelah operasi tersebut dibatalkan, Mutsuki ditempatkan di pangkalan Rabaul dengan tugasnya yang rutinnya yaitu mengawal pengiriman pasokan logistik di antara Truk, Rabaul, dan Palau sampai dipanggil pulang ke Jepang pada bulan Juli untuk menjalani perbaikan dan remodel.

Mutsuki selesai diperbaiki di Sasebo Naval Arsenal pada 12 Juli 1942 dan dimutasi ke armada IJN kedelapan dan ikut berpartisipasi dalam Penyerbuan Lapangan Udara Henderson pada tanggal 24 Agustus 1942.

Selama Pertempuran Kepulauan Solomon Timur pada tanggal 25 Agustus 1942, Mutsuki tenggelam akibat serangan dari pesawat bomber USAAF B-17 Flying Fortress saat hendak membantu kapal transportasi Kinryumaru yang terluka parah. Mutsuki terkena serangan bom secara langsung di kabin mesin, menewaskan 41 kru dan melukai 11 kru lainnya. Kemudian, Yayoi yang menampung kru Mutsuki yang selamat, termasuk kapten kapalnya, Letnan Komodor Kenji Hatano.

Sumber : http://kancolle-ukw.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar