PENGENALAN
SPESIFIKASI
Karena kapal perang penjelajah kelas Tosa pada awalnya di
desain sebagai bentuk sempurna dari kapal perang kelas Nagato, spesifikasi
fisiknya lebih besar daripada Nagato. Namun, panjangnya lebih pendek daripada
Akagi dengan alasan untuk mengurangi risiko terkena serangan meriam. Kecepatan
maksimalnya pun hanya 28 knot, membuat Kaga dinobatkan sebagai kapal induk
paling lamban yang dimiliki oleh IJN.
Terlebih lagi, Kaga memiliki masalah lain terkait desain
dari tiga lapis dek penerbangannya dan corong asapnya dan membuatnya memiliki
julukan sebagai "Mesin Pemanggang Yakitori Untuk Burung Laut"
Untuk memecahkan masalah tersebut, Kaga menjalani remodel
besar-besaran yang dimulai pada tahun 1933 dan selesai pada tahun 1935. Setelah
remodel itu, Kaga memiliki landasan pacu penerbangan yang lebih panjang dan
mengadopsi desain corong asap yang sama dengan Akagi. Lorong-lorongnya
diperbesar, kapasitas pesawat tempur dan tangki bahan bakarnya diperbesar juga,
sehingga meningkatkan jarak operasionalnya. Berdasarkan spesifikasi remodel
pada saat itu, Kaga bisa dikatakan sebagai salah satu kapal induk tercanggih di
masanya.
SEJARAH PRA
PERANG DUNIA II
Pada tanggal 30 November 1929, satu setengah tahun sejak
resmi ditugaskan oleh IJN, Kaga bergabung ke dalam Armada Gabungan (Rengo
Kantai) sebagai kapal induk ketiga di dalamnya menyusul Houshou (1922) dan
Akagi (1927).
Kaga menjalani perang pertamanya pada saat terjadinya
Insiden Shanghai Pertama, dimana pada tanggal 1 Desember 1931 ia menjadi
flagship untuk Divisi Kapal Induk I dengan misi untuk memberikan perlindungan
udara dan pengawalan bagi pasukan invasi Jepang. Bersama dengan Houshou, pada
tanggal 29 Januari 1932, Kaga berangkat ke perairan Laut Cina Timur untuk
menjalankan misi tersebut. Pada masa itu, pesawat bomber B1M3 yang dibawa Kaga
dan Houshou merupakan andalan Jepang dalam konflik tersebut. Dan, oleh karena
gencatan senjata pada bulan Maret 1932, Kaga dan Houshou diperintahkan untuk
kembali ke Jepang.
Pada saat itu, doktrin alur pertempuran IJN mulai
dibangun dengan beberapa kali menggunakan data pertempuran Kaga sebagai bahan
uji cobanya (dimana ini juga akan menjadi basis urut-urutan alur pertempuran di
game Kantai Collection). IJN berpendapat bahwa kapal induk harus
memprioritaskan serangan ke kapal-kapal perang dengan pesawat torpedo dan
bombernya, setelah sebelumnya memastikan terjadinya status "Air Superiority"
saat terjadi kontak dengan armada musuh. Hal ini dipengaruhi oleh gabungan
doktrin bahwa "Siapa yang menyerang lebih dahulu akan menang," dan
"Yang menguasai udara lebih dahulu, dialah yang akan mengatur jalannya
perang."
Saat selesai diremodel, Kaga kembali bertugas pada 1935
tepatnya sebagai bagian dari Divisi Kapal Induk II untuk menghadapi Perang
Sino-Japanese Kedua pada tahun 1937 sampai dengan 1941. Pengalaman para kapal
induk Jepang di perang tersebut semakin menguatkan doktrin kapal induk yang
dikembangkan oleh Jepang, dengan tambahan pelajaran bahwa betapa pentingnya
menekankan kekuatan udara dari angkatan laut di kancah dunia.
Oleh
karena itu, pada bulan April 1941, IJN membentuk Armada Udara Pertama (Kido
Butai) yang terdiri dari Divisi Kapal Induk I (Akagi-Kaga), Divisi Kapal Induk
II (Souryuu-Hiryuu), dan Divisi Kapal Induk V (Shoukaku-Zuikaku). Inti dari
strategi yang dipakai armada ini adalah sebagai berikut. Daripada menyerang
armada musuh dengan prinsip kemandirian dari masing-masing kapal induk untuk
bertindak, akan lebih baik jika semua kapal induk melepaskan bala tentara
pesawatnya dalam waktu bersamaan. Dengan begitu kekuatan udaranya akan terasa
lebih masif dan memiliki kekuatan untuk menembus pertahanan udara musuh dengan
mudah dan melancarkan serangan ke kapal induk musuh untuk memaksa
pesawat-pesawat musuh untuk melindungi kapal induknya sendiri daripada
menyerang armada kapal induk IJN.
Namun, strategi yang menempatkan keenam kapal induk utama
ini berdekatan satu sama lain seperti ini juga akan membuat mereka rentan
menjadi bulan-bulanan musuh jika kekuatan udaranya kalah. Maka, dirancanglah
formasi yang mirip persegi sama sisi, dimana jarak antar kapal induk yang ada
adalah sama lebarnya satu sama lain. Kemudian juga ditunjuklah beberapa kapal
perusak untuk menjadi kapal pengawal mereka, dalam hal ini Akebono dan Ushio
menjadi pengawal Akagi dan Kaga pada saat itu.
SEJARAH PERANG DUNIA II
November 1941, Kaga bersama dengan para kapal induk di
Kido Butai IJN mulai menjalankan operasi penyerangan ke Pearl Harbor. Mereka
semua berkumpul di Pantai Hitokappu pada 19 November 1941, dan berangkat dari
sana ada 26 November 1941. Untuk operasi tersebut, Kaga membawa 18 unit pesawat
fighter Mitsubishi A6M Zero, 27 unit pesawat torpedo Nakajima B5N, dan 27 unit
pesawat bomber Aichi D3Al; ditambah dengan 3 unit cadangan untuk masing-masing
jenis pesawat.
Pesawat-pesawat yang diluncurkan oleh Kaga mengklaim
berhasil menyerang 6 kapal perang Amerika (tidak sampai tenggelam), 1 pangkalan
udara Amerika, 1 pesawat tempur di udara dan 20 pesawat tempur di darat.
Sementara itu, Kaga kehilangan 5 pesawat torpedo, 4 pesawat fighter, dan 6
pesawat bomber dan korban jiwa sebanyak 31 orang. Sebuah ironi ketika kapal
induk yang memiliki spesifikasi superior justru memberikan hasil yang paling
mengecewakan daripada kelima kapal induk lainnya.
Pada bulan Januari 1942, Kaga berpartisipasi dalam misi
pemboman dan perlindungan udara pada operasi invasi ke Rabaul di Kepulauan
Bismarck. Namun pada tanggal 9 February, Kaga menabrak sekumpulan karang laut
di Palau dan menyebabkan kecepatannya turun lagi menjadi 18 knot. Setelah
menjalani perbaikan sementara, Kaga (bersama-sama dengan Akagi, Souryuu, dan
Hiryuu) menuju ke Laut Timor dimana pada tanggal 19 Februari 1942 ia menyerang
Port Darwin, Australia dari titik 190 km ke arah tenggara dari bagian paling
Timur Pulau Timor. Dalam serangan kejutan itu, 8 kapal berhasil ditenggelamkan,
14 kapal rusak parah, dan Kaga hanya kehilangan 1 pesawat torpedo.
Namun, Kaga tidak bisa berpartisipasi di penyerangan
Samudera Hindia (India) pada bulan Aprilnya karena kerusakan yang ia alami
bulan Februari lalu di Palau. Kaga pulang ke Jepang dan diperbaiki di Sasebo
sampai dengan tanggal 4 Mei 1942. Pada masa ini, Admiral Yamamoto khawatir
dengan adanya serangan kapal induk Amerika di Kepulauan Marshall dan
Lae-Salamaua. Oleh karena itu, Yamamoto berencana untuk menginvasi Pulau Midway
dengan tujuan untuk menarik keluar pasukan kapal induk Amerika. Misi tersebut
akan dinamakan sebagai Operation MI, yang sekaligus akan menjadi pertempuran
terakhir Kaga dan ketiga kapal induk lainnya.
Tanpa disadari oleh pihak Jepang, angkatan laut Amerika
telah berhasil memecahkan kode sinyal intelejen dari Operation MI dan
merencanakan penyergapan dengan tiga kapal induknya yang ditempatkan di bagian
Timur Laut Midway. Ditambah dengan kesalahan strategi Admiral Nagumo yang tetap
memprioritaskan persiapan pesawat-pesawat di keempat kapal induk dengan
torpedo, alih-alih menggunakan bomber ketika mengetahui bahwa ketiga kapal
induk Amerika mulai bergerak, takdir keempat kapal induk Kido Butai pun
terkunci.
Pada pukul 07:22 JST, serangan ke Kaga dimulai. Semua
pesawat Amerika memprioritaskan serangan mereka ke arah Kaga, dan ia terkena 4
bom yang menghasilkan ledakan di gudang senjata serta tangki bahan bakar dan
menyebabkan kebakaran yang tak dapat dikendalikan. Setelah itu, Souryuu dan
Akagi juga diserang, dan terakhir adalah Hiryuu yang masih sempat berjuang
sampai saat terakhir karena strategi terpisah yang diterapkan Admiral Tamon
Yamaguchi.
Dalam tragedi itu, dikatakan bahwa Kaga yang menderita
kerusakan dan korban jiwa paling tinggi. Kurang lebih kru yang tercatat tewas
bersama dengan Kaga adalah 811 jiwa, kebanyakan merupakan mekanik pesawat dan persenjataan
yang berada di hangar dek penerbangan serta teknisi kapal. Banyak diantara
mereka terjebak di bawah tungku pemanas dan ruang mesin oleh karena kebakaran
besar yang terjadi di dek penerbangan di atas mereka. 21 aviator juga tewas
dalam prosesnya.
Karena tidak dapat memadamkan kebakarannya, para kru Kaga
yang selamat ditampung oleh kapal perusak Hagikaze dan Maikaze antara pukul
14:00 dan 17:00 JST. Sekitar pukul 19:25, Kaga ditenggelamkan oleh torpedo dari
Hagikaze, Nowaki, dan Makigumo. Letnan Muda Takeshi Maeda, seorang pilot B5N
dari Kaga yang diselamatkan oleh, mendeskripsikan adegan tersebut demikian:
"Para rekanku menarikku naik ke dek kapal agar aku
bisa melihat sendiri saat-saat terakhir kapal induk kami yang tercinta. Walau
pun sekujur tubuhku merasa sakit karena luka dimana-mana, air mataku mulai
mengalir turun ke pipiku, dan semuanya di sekitarku juga menangis. Itu adalah
pemandangan yang sangat menyedihkan. Kami gagal melindungi kapal tercinta kami
yang selalu menjadi rumah bagi kami untuk pulang."
Tenggelamnya
Kaga beserta tiga kapal induk lainnya di Midway, dan juga pesawat-pesawat
terbaik dan pilot-pilot veteran yang berpengalaman, merupakan kekalahan
strategis bagi Jepang dan akan berdampak besar untuk kekalahan Jepang di masa
depan.Sumber : http://kancolle-ukw.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar