PENGENALAN
Shigure adalah 'putri kedua' dari kesepuluh bersaudari
kapal perusak kelas Shiratsuyu, kakak dari Yuudachi, dan merupakan kapal
pertama yang dibuat oleh IJN di bawah nama "Circle-One Program" (Maru
Ichi Keikaku). Ia pertama kali mulai dibangun di Uraga Dock Company pada
tanggal 9 Desember 1933, diluncurkan pertama kali pada 18 Mei 1935, dan
ditugaskan pertama kali pada 7 September 1936.
Setelah kelahiran Fubuki yang mengguncang dunia hampir
satu dekade yang lalu, kelahiran Shigure yang menyempurnakan sedikit lagi
kelemahan desain dari kakaknya, Shiratsuyu, menjadikannya sebagai kapal perusak
terkuat di dunia pada saat itu. Kesepuluh kapal kelas Shiratsuyu ini didesain
serta diproyeksikan untuk menemani pasukan utama Jepang untuk pertempuran
torpedo baik di siang maupun malam hari, melawan angkatan laut Amerika di
Samudera Pasifik.
SEJARAH PRA PERANG DUNIA II
Kapal perusak kelas Shiratsuyu pada awalnya didesain
untuk menjadi 'adik lanjutan' dari kelas Hatsuharu. Namun sejak Insiden
Tomozuru yang membuktikan kesalahan desain dari kelas Hatsuharu, dimulailah
pembangunan kapal perusak kelas versi modifikasi dari kelas Hatsuharu yang akan
menjadi awal dari kelas Shiratsuyu. Semua desain kapal kecuali bagian mesin
diperbaiki dalam prosesnya.
Setahun setelah Insiden Tomozuru, terjadilah Insiden
Armada Keempat yang disebabkan oleh kesalahan pengelasan, dan problem ini juga
dihilangkan pada saat pembuatan Shigure. Jika mengabaikan kapasitas pelayaran
dan kecepatannya, kapal kelas Shiratsuyu merupakan kapal perusak yang
benar-benar luar biasa. Mereka mengungguli kapal kelas Asashio, Kagerou, dan
Yuugiri yang menurut standar dunia sudah berada di atas standar.
Namun demikian, mereka tidak berbuat banyak di berbagai
front pertempuran seperti di Cina, karena mereka memang disimpan untuk
menghadapi perang besar yang akan dimulai oleh Jepang beberapa tahun setelah
kelahiran Shigure.
SEJARAH PERANG DUNIA II
Pada saat penyerangan ke Pearl Harbor (1941), Shigure
baru saja ditempatkan ke dalam Divisi Destroyer 27 dan menjadi bagian dari
Skuadron Destroyer 1 dibawah Armada Pertama IJN. Ia ditugaskan untuk melakukan
patroli dengan menjadi kapal perusak anti kapal selam di perairan Jepang, dan
juga melindungi Armada Utama IJN.
Pada awal tahun 1942, Shigure ditugaskan untuk mengawal
Zuihou ke Davao, serta Shoukaku dan Zuikaku ke Truk. Pada tanggal 7 Mei,
Shigure mendapatkan pengalaman perangnya pertama kali di Pertempuran Laut
Karang dan menjadi bagian dari armada pengawal Admiral Takeo Takagi. Pada
Pertempuran Midway yang terjadi pada 4-6 Juni 1942, ia menjadi bagian dari
armada invasi Kepulauan Aleutians dibawah Admiral Shiro Takasu dengan kode
Operation AL.
Setelah kekalahan signifikan di Midway, Shigure
dipindahkan ke Armada Kedua IJN pada tanggal 14 Juli 1942. Pertengahan bulan
Agustus, Shigure mengawal armada tersebut ke Truk. Dan kemudian ia ditugaskan
untuk melindungi jalannya proses transportasi tentara marinir untuk menginvansi
Makin Atoll setelah terjadinya Penyerbuan Makin. Pada bulan September, Shigure
mulai berbasis di Jaluit, dan membantu menaklikkan Abemama di Kepulauan Gilbert
dan Ndeni di Kepulauan Santa Cruz. Setelahnya ia kembali mengawal konvoi tentara
dari Palau ke Rabaul.
Dalam jangka waktu antara bulan Oktober dan November,
Shigure melakukan 8 kali "Tokyo Express"; transportasi tentara Jepang
ke Guadalcanal. Pada tanggal 12-13 November 1942, malam harinya di Pertempuran
Guadalcanal Pertama, Shigure merupakan bagian dari armada pengamatan jarak jauh
dan tidak terlibat dalam perang. Namun, nantinya ia akan menyelamatkan kru
kapal perang Hiei yang selamat dan mengetahui kabar bahwa adiknya, Yuudachi,
gugur dalam perang tersebut.
Sepanjang hidupnya, Shigure banyak terlibat dalam
"Tokyo Express", yaitu operasi konvoi untuk transportasi logistik dan
tentara dari Jepang ke Pasifik Selatan dan Asia Tenggara. Pada pertengahan Mei
1943, ia mengawal Musashi dari Truk kembali ke Yokosuka dan kemudian kembali
lagi ke Truk pada 21 Juni 1943. Pada bulan Juli, ia ditugaskan untuk menemani
kapal penjelajah ringan Nagara untuk melakukan beberapa misi 'rahasia' di
Kepulauan Solomon, dan dikembalikan ke dalam Armada Kedua IJN pada tanggal 20
Juli.
Selama Pertempuran
Vella Gulf pada tanggal 6-7 Agustus 1943, Shigure adalah satu-satunya kapal
perusak IJN yang selamat. Selama Pertempuran Horainu pada tanggal 17-18
Agustus, Shigure kembali berhadapan dengan beberapa kapal perusak Amerika
sambil harus mengawal misi Tokyo Express-nya ke Vella Lavella, dan ia berhasil
melakukannya tanpa kerusakan sedikit pun. Ia juga mengawal evakuasi tentara
Jepang di Vella Lavella pada tanggal 6–7 Oktober dan berkontribusi dengan
nyaris menenggelamkan USS Selfridge (DD-357). Selama sisa bulan Oktober, ia
kembali melakukan 4 kali Tokyo Express di Papua Nugini.
Pada Pertempuran Teluk Empress Augusta, 2 November 1943,
ia dan Sendai harus berhadapan dengan armada Amerika yang terdiri dari kapal
penjelajah ringan dan kapal perusak. Pada pertempuran itu, Shigure berhasil
selamat namun tidak halnya dengan Sendai.
Bulan Januari 1944, Shigure mengawal kapal pemasok
makanan Irako dari Yokosuka ke Truk. Dan di awal Februari ia mengawal konvoi
tanker minyak dari Truk ke Tarakan dan Balikpapan. Ia menderita kerusakan parah
pada saat terjadinya serangan udara di Truk oleh pesawat-pesawat Amerika. Oleh
karenanya, ia dibawa kembali ke Sasebo pada tanggal 22 Maret 1944 dan meriam
utama keduanya digantikan oleh sepasang senapan mesin anti udara Tipe 96 berlaras
tiga. Setelah selesai diperbaiki pada 11 Mei 1944, ia kembali mengawal Musashi
dan kapal induk Chitose, Chiyoda, dan Zuihou ke Tawitawi dan Davao.
Bulan
Juni 1944, ia dilibatkan dalam "Operation KON" sebagai bagian dari
armada bala bantuan Jepang untuk merespon invasi Amerika ke Kota Biak, Papua.
Namun, Shigure harus kehilangan adiknya kembali, Harusame, dan menyelamatkan
110 kru adiknya itu. Kemudian, menggantikan Harusame, Shigure bertempur
sendirian melawan satu armada Amerika yang terdiri dari beberapa kapal
penjelajah ringan dan kapal perusak. Di situ ia harus menerima tembakan dua
peluru meriam Amerika, yang menewaskan 7 krunya dan melukai 15 lainnya.
Pada tanggal 19-20 Juni 1944, Shigure ikut serta dalam
Pertempuran Laut Filipina sebagai bagian dari "Pasukan B" dari
Admiral Takatsugu Jojima. Ia ditugaskan untuk membantu misi penyelamatan kru
kapal induk Hiyou yang tenggelam di situ. Pada bulan Juli, ia kembali
ditugaskan untuk mengawal konvoi tentara dari Kure ke Okinawa, dan pada bulan
Agustus menemani Kinu dalam misi transportasi logistik dari Singapura ke
Brunei, Manila, dan Palau.
Pada bulan Oktober 1944, Shigure berangkat dari Lingga,
Riau menuju Pertempuran Teluk Leyte pada tanggal 22-25 Oktober. Ia menderita
rusak ringan dari satu pesawat pembom yang menghancurkan meriam utamanya, dan
menewaskan 5 kru dan melukai 6 lainnya.
Shigure
menderita kerusakan lebih parah lagi pada Pertempuran Selat Surigao, dimana
sebuah tembakan meriam mengenainya dan beberapa tembakan meriam yang nyaris
mengenai badan utamanya merusak radio, kompas, dan sistem kemudinya. Namun, ia
menjadi satu-satunya kapal yang selamat dari Armada Nishimura atau "Armada
Selatan", di bawah perlindungan Yamashiro yang adalah flagship-nya.
Shigure dipaksa untuk kembali ke Sasebo untuk menjalani
perbaikan dan remodel pada bulan November, dan di perjalanan ia sekaligus
menenggelamkan USS Growler pada tanggal 8 November. Kemudian ia dipindahkan ke
dalam Armada Kelima IJN pada tanggal 15 November dan kembali ke Armada Kedua
IJN pada 20 November. Pada tanggal 17 Desember ia meninggalkan Kure, bersama
dengan kapal induk Unryuu, menuju Manila. Sekali lagi, Shigure harus
menyaksikan kapal yang dilindunginya harus tenggelam kembali oleh USS Redfish
dan menyelamatkan 146 kru Unryuu yang selamat.
Pada tanggal 25 Januari 1945, Shigure yang saat itu
bertugas untuk mengawal konvoi dari Hong Kong ke Singapure tenggelam oleh
torpedo yang dilepaskan oleh kapal selam USS Blackfin di Teluk Siam, sekitar
260 km ke arah Timur dari Kota Bharu, Malaya. Shigure tenggelam perlahan-lahan,
dan berkat itu 270 kru kapalnya berhasil melarikan diri dan diselamatkan oleh
kapal kargo Kanju dan Miyake.
Sumber : http://kancolle-ukw.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar